Nama : Imamatul
Husni
Kelas : 4EB22
NPM :
23212645
Matkul : Etika
Profesi Akuntansi
Dosen : Ibu Early
Amein
ETIKA SEBAGAI TINJAUAN
A.
Pengertian Etika
Etika (Yunani Kuno: "ethikos",
berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu di mana dan
bagaimana cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi
studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. St. John of Damascus (abad
ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical
philosophy).
Etika dimulai bila manusia
merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan
akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita
tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika,
yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan
dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan
sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu.
Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan
tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia,
etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik
dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Etika
terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi
konsep etika), etika normatif (studi
penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi
penggunaan nilai-nilai etika)
Menurut Hamzah Yacub, Pengertian Etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan
mana yang buruk dan memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran.
Pengertian Etika
menurut Dr. James J. Spillane SJ,
Etics atau etika memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku
manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika mengarah atau menghubungkan
penggunaan akal budi individual dengan objektivitas untuk menentukan kebenaran
atau kesalahan dan tingkah laku seseorang terhadap orang lain.
Menurut Asmaran, Pengertian Etika adalah studi mengenai tingkah laku manusia, tidak
hanya menentukan kebenaran-kebenarannya sebagaimana adanya, tetapi juga
menyelidiki manfaat atau kebaikan dari seluruh tingkah laku manusia.
WJS. Poerwadarminta
mengemukakan Pengertian Etika,
Etika adalah ilmu pengetahuan mengenai asas-asas akhlak (moral).
Pengertian Etika
menurut Soergarda Poerbakawatja,
Etika ialah filsafat mengenai nilai, kesusilaan, tentang baik dan buruk,
kecuali etika mempelajari nilai-nilai, ia juga merupakan pengetahuan mengenai nilai-nilai
itu sendiri.
B.
Prinsip-prinsip Etika
a. Prinsip Keindahan
Prinsip ini mendasari segala sesuatu
yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap keindahan. Berdasarkan prinsip
ini, manusia memperhatikan nilai-nilai keindahan dan ingin menampakkan sesuatu
yang indah dalam perilakunya.
b.
Prinsip
Persamaan
Setiap manusia pada hakikatnya
memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sehingga muncul tuntutan terhadap
persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, persamaan ras, serta persamaan
dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini melandasi perilaku yang tidak
diskrminatif atas dasar apapun.
c. Prinsip Kebaikan
Prinsip ini mendasari perilaku
individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan nilai-nilai kemanusiaan
seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu orang lain, dan sebagainya.
d. Prinsip Keadilan
Pengertian keadilan adalah kemauan
yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya
mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari seseorang untuk
bertindak adil dan proporsional.
e. Prinsip Kebebasan
Kebebasan dapat diartikan sebagai
keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak bertindak sesuai dengan pilihannya
sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi manusia, setiap manusia
mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya sendiri
sepanjang tidak merugikan atau mengganggu hak-hak orang lain. Untuk itu
kebebasan individu disini diartikan sebagai:
1. Kemampuan untuk berbuat sesuatu atau
menentukan pilihan
2. Kemampuan yang memungkinkan manusia
untuk melaksana-kan
pilihannya tersebut
pilihannya tersebut
3. Kemampuan untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
f.
Prinsip
Kebenaran
Kebenaran biasanya digunakan dalam
logika keilmuan yang muncul dari hasil pemikiran yang logis/rasional. Kebenaran
harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan agar kebenaran itu dapat diyakini oleh
individu dan masyarakat.
C.
Basis Teori Etika
1.
Teori Teleologi
Teleologi berasal dari bahasa Yunani yaitu telos. Menurut teori ini
kualitas etis suatu perbuatan atau tindakan diperoleh dengan dicapainya tujuan
dari perbuatan itu sendiri. Ada dua macam aliran dalam teori teleologi ini
yaitu: utilitarisme dan egoisme, pengertiannya dibahas berikutnya.
2.
Teori
Deontologi
Deontologi berasal dari bahasa Yunani, deon yang berarti kewajiban.
Yaitu kewajiban manusia untuk
selalu bertindak baik. Suatu tindakan dikatakan baik dan bermoral karena
tindakan tersebut dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang harus dilaksanakan
bukan pada tujuan atau akibat dari tindakan tersebut.
3.
Teori Hak
Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena
berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang
sama. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama.
Karena itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
4.
Teori Keutamaan
(Virtue)
Teori Keutamaan adalah
memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu
perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan
bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang
telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk
bertingkah laku baik secara moral. Contoh keutamaan : kebijaksanaan, keadilan, suka bekerja keras,
dan hidup yang baik.
D.
Egoism
Egoisme
merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya
menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu
tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang
dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat. Istilah lainnya adalah
"egois". Lawan dari egoisme adalah altruisme.
Hal ini berkaitan erat dengan narsisme,
atau "mencintai diri sendiri," dan kecenderungan mungkin untuk
berbicara atau menulis tentang diri sendiri dengan rasa sombong dan panjang
lebar. Egoisme dapat hidup berdampingan dengan kepentingannya sendiri, bahkan
pada saat penolakan orang lain. Sombong adalah sifat yang menggambarkan karakter seseorang
yang bertindak untuk memperoleh
nilai
dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang ia memberikan kepada orang lain.
Egoisme sering dilakukan dengan memanfaatkan altruisme,
irasionalitas dan
kebodohan orang lain, serta memanfaatkan kekuatan diri sendiri dan / atau
kecerdikan untuk menipu.
Egoisme berbeda dari altruisme, atau bertindak untuk
mendapatkan nilai kurang dari yang diberikan, dan egoisme, keyakinan bahwa
nilai-nilai lebih didapatkan dari yang boleh diberikan. Berbagai bentuk
"egoisme empiris" bisa sama dengan egoisme, selama nilai manfaat
individu diri sendirinya masih dianggap sempurna.
Istilah
"egoisme" berasal dari
bahasa Yunani yakni ego yang berarti "Diri" atau
"Saya", dan -isme, yang digunakan untuk menunjukkan filsafat. Dengan
demikian, istilah ini etimologis berhubungan sangat erat dengan egoisme.
PERILAKU ETIKA DALAM BISNIS
A.
Lingkungan Bisnis yang Mempengaruhi Perilaku Bisnis
Dalam
menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain
yaitu pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan
jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan
tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang
sehat, menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan, menghindari sikap 5K
(Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi) mampu mengatakan yang
benar itu benar, dll.
Dengan
adanya moral dan etika dalam dunia bisnis, serta kesadaran semua pihak untuk
melaksanakannya, kita yakin jurang itu dapat dikurangi, serta kita optimis
salah satu kendala dalam menghadapi era globalisasi dapat diatasi.
Moral
merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan etika bertindak
sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua
anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan
etika (patokan atau rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang,
selaras, dan serasi.
Etika
sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan
mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang
harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus
disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok
yang terkait lainnya. Mengapa ?
Dunia
bisnis, yang tidak ada menyangkut hubungan antara pengusaha dengan pengusaha,
tetapi mempunyai kaitan secara nasional bahkan internasional. Tentu dalam hal
ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan
antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain
agar jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etika sementara pihak lain
berpijak kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait yang
tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan etika, jelas apa yang
disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan. Jadi,
jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang menjamin adanya
kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang
bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun
dalam perekonomian.
B.
Kesaling Ketergantungan antara Bisnis dan Masyarakat
Pada kenyataan yang ada pada saat ini, masih banyak dari
masyarakat yang belum mengenali apa itu etika dalam berbisnis bahkan sebagian
besar masyarakat beranggapan bahwa berbisnis tidak perlu menggunakan etika,
karena urusan etika hanya berlaku di masyarakat yang memiliki kultur budaya
yang kuat. Ataupun etika hanya menjadi wilayah pribadi seseorang. Tetapi pada
kenyataannya etika tetap saja masih berlaku dan banyak diterapkan di masyarakat
itu sendiri. Bagaimana dengan di lingkungan perusahaan ?
Perusahaan juga sebuah organisasi yang memiliki struktur
yang cukup jelas dalam pengelolaannya. Ada banyak interaksi antar pribadi
maupun institusi yang terlibat di dalamnya. Dengan begitu kecenderungan untuk terjadinya
konflik dan terbukanya penyelewengan sangat mungkin terjadi. Baik dalam tataran
manajemen ataupun personal dalam setiap team maupun hubungan perusahaan dengan
lingkungan sekitar. Untuk itu etika diperlukan sebagai kontrol akan kebijakan,
demi kepentingan perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu kewajiban perusahaan
adalah mengejar berbagai sasaran jangka panjang yang baik bagi masyarakat.
Terdapat dua pandangan tanggung jawab sosial, yaitu :
1. Pandangan
klasik
Pandangan ini
menyatakan bahwa tanggung jawab sosial manajemen hanyalah memaksimalkan laba. Pada pandangan
ini manajer mempunyai kewajiban menjalankan bisnis sesuai dengan kepentingan
terbesar pemilik saham karena kepentingan pemilik saham adalah tujuan utama
perusahaan.
2. Pandangan
sosial ekonomi
Pandangan ini
menyatakan bahwa tanggung jawab sosial manajemen bukan sekedar menghasilkan
laba, tetapi juga mencakup melindungi dan meningkatkan kesejahteraan sosial.
Pandangan ini juga berpendapat bahwa perusahaan bukan intitas independent yang
bertanggung jawab hanya terhadap pemegang saham, tetapi juga terhadap
masyarakat.
C.
Kepedulian Pelaku Bisnis Terhadap Etika
Dalam berbisnis tidak semua pelaku bisnis
menyadari apa dampak ekonomi dan sosial dari apa yang mereka lakukan. Apalagi
yang bersifat dampak tidak langsung lebih tidak disadari lagi. Oleh karena itu
pelaku bisnis harus peduli terhadap etika karena etika itu sangat penting.
Tindakan dianggap beretika apabila pihak satu dengan pihak lainnya saling
timbal balik dan beritikad baik. Bisa jadi saling menguntungkan satu sama
lainnya.
Ada hal – hal yang
perlu diperhatikan dalam menciptakan etika bisnis, yaitu :
1. Pengendalian diri.
2. Pengembangan
tanggung jawab sosial perusahaan.
3. Mempertahankan jati
diri dan tidak mudah untuk terombang – ambing oleh pesatnya perkembangan
informasi dan teknologi.
4. Menciptakan
persaingan yang sehat.
5. Menerapkan konsep “
pembangunan berkelanjutan “
6. Menghindari sifat
KKN ( Kolusi, Korupsi, Nepotisme ) yang merusak tatanan moral, dll.
D.
Perkembangan Dalam Etika Bisnis
Seiring dengan adanya globalisasi, maka dunia bisnis
pun mau tidak mau harus mengikuti keadaan ini. Oleh karena itu, perusahaan yang
melakukan aktivitas bisnisnya tentu harus mengikuti norma-norma dan aturan yang berlaku pada zaman sekarang.
Kegiatan bisnis penuh dengan pasang surut, siasat, taktik maupun cara-cara
strategis dan bahkan saling jegal antarpesaing sering kali terjadi.
Dapat dipahami jika masyarakat secara umum, terutama
pada pelaku bisnis, agak sulit mengerti hubungan antara bisnis dengan etika,
karena merupakan sebuah kontradiktif. Akan tetapi, pada kenyataannya pelaku
bisnis maupun institusi bisnis yang tidak melakukan kegiatannya sesuai norma,
aturan, maupun etika akan mendapatkan citra yang buruk di masyarakat, dan cepat
atau lambat akan merugikan perusahaan itu sendiri. Ditambah dengan cepatnya
arus informasi, sehingga segala bentuk kegiatan yang konotasinya negatif akan
cepat menyebar luas.
Bisnis yang dilakukan sesuai denga aturan, norma,
dan etika akan menguntungkan perusahaan itu sendiri maupun masyarakat luas.
Karena citra perusahaan yang baik, seperti akuntabel, dan memiliki good governance adalah citra perusahaan
yang penting baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
Untuk mengetahui etika bisnis secara terperinci,
maka berikut perkembangannya (Bertens, 2000).
1. Zaman
Prasejarah : Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsu-filsu
Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama
dalam negara dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan noaga harus
diatur.
2. Masa
Peralihan : Pada 1960-an : dimulainya pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas
di Amerika Serikat (AS), revolusi mahasiswa ( di ibukota Prancis), penolakan
terhadap establishment (kemampanan). Hal ini member perhatian pada dunia
pendidikan, khususnya bidang ilmu manajemen, yaitu dengan menambahkan mat
kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business
and Society. Topik masalah yang paling sering dibahas adalah corporate social responsibility.
3. Etika
Bisnis Lahir di Amerika Serikat pada 1970-an yang mana sejumlah filsuf mulai terlibat
dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis dianggap sebagai suatu
tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di Amerika
Serikat pada saat itu.
4. Etika
Bisnis meluas ke Eropa : tahun 1980-an di Eropa Barat, etika bisnis sebagai
ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun kemudian. Terdapat forum
pertemuan antara akademis dari universitas serta sekolah bisnis yang disebut European Business Ethics Network (EBEN).
5. Etika
Bisnis menjadi Fenomena Secara Global pada 1990-an, dan tidah hanya terbatas
lagi pada duni Barat (Eropa, Amerika Serikat). Tetapi etika bisnis sudah
dikembangkan di seluruh dunia. Bahkan telah didirikan International Society for Business, Economics, and Etchis (ISBEE)
pada 25-28 juli 1988 di Tokyo, Jepang.
E.
Etika Bisnis dan Akuntansi
Dalam
menjalankan profesinya seorang akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode etik
profesi dengan nama kode etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik Ikatan
Akuntan Indonesia merupakan tatanan etika dan prinsip moral yang memberikan
pedoman kepada akuntan untuk berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi
dan juga dengan masyarakat. Selain dengan kode etik akuntan juga merupakan alat
atau sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat pada umumnya,
tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikannya karena melalui serangkaian
pertimbangan etika sebagaimana yang diatur dalam kode etik profesi.
Akuntansi
sebagai profesi memiliki kewajiban untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan
mengikuti etika profesi yang telah ditetapkan. Kewajiban akuntan sebagai
profesional mempunyai tiga kewajiban yaitu; kompetensi, objektif dan
mengutamakan integritas. Kasus enron, xerok, merck, vivendi universal dan
bebarapa kasus serupa lainnya telah membuktikan bahwa etika sangat diperlukan
dalam bisnis. Tanpa etika di dalam bisnis, maka perdaganan tidak akan berfungsi
dengan baik. Kita harus mengakui bahwa akuntansi adalah bisnis, dan tanggung
jawab utama dari bisnis adalah memaksimalkan keuntungan atau nilai shareholder.
Tetapi kalau hal ini dilakukan tanpa memperhatikan etika, maka hasilnya sangat
merugikan. Banyak orang yang menjalankan bisnis tetapi tetap berpandangan
bahwa, bisnis tidak memerlukan etika.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus Arijanto, 2011. Etika
Bisnis Bagi Pelaku Bisnis. Penerbit PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Agoes Sukrisno dan Ardana, I
Centik (2011), Etika Bisnis dan Profesi-Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya, Penerbit: Salemba Empat Jakarta.
Dr. H. Budi Untung, SH., MM. 2012. Hukum dan Etika Bisnis.
Jogjakarta: Andi Yogyakarta.
Silvia Syahraini . Pemetaan
Perilaku Mahasiswa Ekonomi Ditinjau dari Perspektif Etika Teleologi. 2010
Susanti, Beny. 2008. Modul Kuliah
Etika Profesi Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Jakarta.